OUR MOTTO :

Yang terpenting dari kehidupan bukanlah kemenangan namun bagaimana bertanding dengan baik.

Baron Pierre de Coubertin

Perkenalan JK-Wiranto

Senin, 22 Juni 2009

LAYAKKAH SERUAN 1 PUTARAN DISERUKAN KANDIDAT ?



Akhir-akhir ini banyak seruan disampaikan tim sukses kandidat presiden tentang perlunya Pemilu 1 putaran. Bukan hanya motto, ditindaklanjuti dengan iklan massif dan seruan di spanduk-spanduk. Alasan yang diketengahkan paling banyak berupa "Penghematan anggaran negara".
Yang menjadi masalah adalah caranya, apakah cara ini pantas atau tidak diserukan tim sukses atau organisasi-organisasi yang berafiliasi ke kandidat tersebut? Mari kita tinjau...

Menurut pengamat politik UI Bonu Hargens, demokrasi di Indonesia tetap harus diutamakan. Pemerintah tidak perlu mengkampanyekan Pemilu satu putaran."Jangan hanya karena ingin menghemat Rp 4 triliun dan mempercepat masuknya investasi ke Indonesia, demokrasi dikorbankan," kata Boni Hargens di Hotel Le Meredien, Jakarta, (Inilah.com, Senin 22/6).

Kalau juga ini dikaitkan dengan Hasil Survey dibiayai kandidat tersebut yang terkesan "diatur" tersebut sebelumnya, maka ajakan Pemilu satu putaran memang seperti terkesan "Pemaksaan secara halus"... tapi kalo rakyat yang diserukan bisa cerdas memilih yang ingin "Proses Bekerjanya Memerintah 5 tahun" yang lebih cepat lebih baik dan bukan "Proses Ingin menangnya", ya boleh-boleh saja satu putaran untuk NO 3 JK-WIRANTO !!

(Hasil Survey SMS Polling INILAH.COM 22/06/09)

Sabtu, 13 Juni 2009

ORASI BUTET, SEBUAH PANDANGAN


Orasi Butet mewakili Pasangan Capres-Cawapres Mega-Prabowo mendapat tanggapan beragam dari masyarakat. Ada yang menganggap merusak esensi kampanye damai yang ingin dibangun itu sendiri, ada pula yang mengatakan ini masih dalam bentuk kewajaran.
Sebenarnya intinya adalah bahwa Negara kita sudah berbeda, demokrasi kita sudah jauh berkembang melesat dibanding misalnya 10 tahun yang lalu saja. Semua pihak bahkan pihak protokoler acara kenegaraan pun tidak bisa mengatur segi keamanan secara mendetail, menyeluruh dan berlebihan seperti dulu. Dari segi itu mungkin esensi kepatutan masihlah bisa dianggap wajar. Apalagi jika aroma fakta yang Butet kritik adalah apa yang bisa dirasakan bahkan oleh orang awam sekalipun.
Memang bangsa kita adalah bangsa beradab, beretika dan berbudaya. tetapi apakah beretika dan berbudaya tidak bisa meninggalkan tingkat "kekritisan" dalam berpendapat ?

Sekarang memang terkesan cara pembentukan opini publik untuk kampanye oleh pihak-pihak tertentu sudah menggunakan cara-cara yang tidak berlogika lagi. Opini diarahkan dulu ke satu titik superior baru dicarikan pembenarannya. Dalam hal ini kewajaran dan kepatutan sering dilanggar tanpa ampun. mau bukti ? ya tentu yang paling terkenal adalah koneksitas yang bisa ditarik dari SURVEY LSI DIMANA SBY MENDAPAT 70% LEBIH - BERKEMBANGNYA ISU SATU PUTARAN MENGHEMAT UANG NEGARA - DAN KAMPANYE SBY-BOEDIONO YANG DIARAHKAN TARGETNYA MENANG DI SATU PUTARAN....sekali lagi orang awam pun bisa melihat betapa seperti direkayasanya itu !!!

Jumat, 12 Juni 2009

WIRANTO KAMPANYE DIALOGIS DI SOLO


Bertempat di Pagelaran, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Jumat malam (12/6) mulai pukul 19.30 WIB, Cawapres kita Wiranto, SH. mengadakan kampanyenya di Solo. Acara dimulai dengan tari-tarian dari Keraton, orasi dilanjutkan kampanye dialogis bersama beliau.
Acara dihadiri simpatisan GOLKAR-HANURA-PELANGI NUSANTARA se-Solo Raya. Tak lupa banyak kalangan masyarakat kecil dan tokoh se Surakarta ikut hadir.
Dalam sambutannya RM. Kusrahardjo sebagai ketua Panitia sekaligus Ketua Tim Pemenangan JK-Wiranto Surakarta intinya mengaharapkan perubahan 'Mindset" atau pola pikir masyarakat Solo agar bisa menerima tokoh asal daerahnyamenjadi calon wapres di tingkat nasional. Tak lupa disampaikan penghargaan beliau atas kesediaan Wiranto datang ke Solo.
Bapak Wiranto sendiri dalam inti orasinya menyatakan bahwa pemerintah kita kedepan harus lebih berkomitmen melaksanakan apa yang menjadi amanat Pembukaan UUD 1945. Soal komitmen melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia dilihat dari "sisi kekinian sekarang", Wiranto cukup menggaris bawahi keadaan sakarang yang dianggapnya memprihatinkan. Ini juga sekaligus meegaskan komitmen JK-Wiranto jika terpilih untuk segera memperbaikinya.
Tak lupa beliau menjelaskan mengapa bisa menurunkan keinginannya dari presiden menjadi wapres. Hal ini dikarenakan "kelegawaan" beliau melihat realitas hasil pemilu legislatif, walaupun keinginannya mengabdi demi bangsa dan negara tetap menggebu. Sehingga adalah suatu kewajaran jika beliau langsung menerima ajakan Bapak JK sebagai calon wakilnya maju di Pilpres 2009 ini.
Session tanya jawab yang dipandu Bapak Djoko Besariman dari Semarang. Yang menarik dari session ini adalah jawaban Wiranto terhadap pertanyaan hadirin atas komitmen JK-Wiranto terhadap akses permodalan bagi UMKM. Jawaban Wiranto adalah ketegasan komitmen untuk mewajibkan menganggarkan 30% kredit masyarakat dari Bank-bank nasional agar dialokasikan ke UMKM.
Akhir acara tak lupa disuguhkan nyanyian dari beliau untuk menghibur hadirin. Rupanya Sang jenderal yang lama meninggalkan kampung halamannya Solo, cukup fasih menembang Jawa yang penuh adiluhung itu....Bravo Pak Wiranto, lebih cepat lebih baik !

Jumat, 05 Juni 2009

TIM KAMPANYE JK-WIRANTO SOLO SUDAH TERBENTUK

Tim Kampanye Pemenangan Pasangan Capres/Cawapres Jusuf Kalla-Wiranto untuk kota Solo/Surakarta sudah terbentuk. Tim diketuai oleh Ketua DPD GOLKAR Solo, RM. Kusrahardjo. Adapun sebagai Wakil Ketua adalah Ketua DPC HANURA Solo, Dra. Sri Mulyani, SH.

Demikian Susunan Pengurus Tim Kampanye JK-Wiranto di kota Solo :

DEWAN PENGARAH :

  1. Drs. GPH Dipokusumo
  2. Ir. Sutiyoso Budi Rahardjo
  3. H. Heru S, Notonegoro, SH, MH.
  4. Bambang Jati Kusumo
  5. Ir. H. Samsul Bahri, SE.
KEPENGURUSAN :
  1. Ketua : RM. Kusrahardjo
  2. Wakil Ketua : Dra. Sri Mulyani, SH.
  3. Sekretaris : Bambang Suharjanto
  4. Wakil Sekretaris : Abdullah A. A.
  5. Bendahara : Sutardjo, SS, SE.
  6. Wakil Bendahara : Hj. Istiyaningsih
  7. Wakil Bendahara : Agus Nuryanto S.Pd
  8. Wakil bendahara : Agung Nugroho
BIDANG KEHUMASAN :
  1. Ketua : Drs. Bambang Triyanto, MM.
  2. Wakil Ketua : Drs. Taufiqurrahman
  3. Anggota : Bekti Karebet, SH.
  4. Anggota : Purwanto
  5. Anggota : Drs. Eko Priyono
  6. Anggota : Habib Alfarobi
  7. Anggota : Aristoteles W. A, ST.
  8. Anggota : Edi Sudartwanto
  9. Anggota : Faizul Kirom
  10. Anggota : Darli
BIDANG ADVOKASI HUKUM :
  1. ketua : Liek. A. Palali, SH.
  2. Wakil Ketua : Jumadi Joko Santoso, SH.
  3. Anggota : Joko Pamuji, SH.
  4. Anggota : Maryono, SH.
  5. Anggota : H. Hardjanto, SH.
BAGIAN KEAGAMAAN :
  1. Ketua : Dr. HM. Alaydrus
  2. Wakil Ketua : Dra. Titi Indah Puji
  3. Anggota : H. Bintang Mas Tranggana
  4. Anggota : Hj. Sri Suprapti, BA.
  5. Anggota : Vincentius Christono S,Pd.
  6. Anggota : Abdul Muis
BAGIAN KAMPANYE :
  1. Ketua : Drs. Bandung Joko Suryono, SH.
  2. Wakil ketua : RM. Sigit Kusdaryatmo
  3. Anggota : Zaenal Mutholib
  4. Anggota : Dra. Titi Indah Puji
  5. Anggota : Ari Nigraheni Susanti A,Md.
  6. Anggota : Lukas Suryantoro
  7. Anggota : Aris Munandar
  8. Anggota : Thomas Harmawantono
  9. Anggota : Wiharto
BAGIAN PENGGALANGAN KHUSUS :
  1. Ketua : H. Suroto Mangun Sudarmo, ST.
  2. Wakil ketua : Hj. Maria Sri Sumarni, SE.
  3. Anggota : Hangtut Hartono
  4. Anggota : Fl. Irawan Joko Rahardjo, ST.
  5. Anggota : Endang Sri Wahyuni
  6. Anggota : Erry Dwi Maryanto
  7. Anggota : Siti Mardiyatmi
BAGIAN SENI & BUDAYA :
  1. Ketua : RM. Tjuk Kussubagyo
  2. Wakil Ketua : Hj. Musdalifah
  3. Anggota : Ninik Sri Sarmini Triningsih
  4. Anggota : Heru Santoso, B,Sc.
  5. Anggota : Purwanto
  6. Anggota : Sri Eka Juniatun
  7. Anggota : Ir. Ig. Suwito
TIM KECAMATAN LAWEYAN :
  1. Ketua : Djaswadi, ST.
  2. Wakil ketua : Ir. Bagoes Soedjadi M, Si.
  3. Wakil ketua : Lukman Lahji
  4. Wakil ketua : Manu Kaharudin
TIM KECAMATAN SERENGAN :
  1. Ketua : Djoko Sugiharto Harto Sasongko
  2. Wakil Ketua : Aswin Yuki Helmiarto
  3. Wakil Ketua : Ranto Sri Wahono
  4. Wakil Ketua : Sapto
TIM KECAMATAN PASARKLIWON :
  1. Ketua : RM. Tjuk Kussubagyo
  2. Wakil Ketua : Suprobo
  3. Wakil ketua : Dwi hendratmo
  4. Wakil ketua : Adam
TIM KECAMATAN JEBRES :
  1. Ketua : Sapto waspodo
  2. Wakil ketua : Edi Pramono, SE.
  3. Wakil ketua : A. Ariyanto
  4. Wakil ketua : Moch. Sulistyo Saksono
TIM KECAMATAN BANJARSARI :
  1. Ketua : Cuk Kusuwarso Kasunarno
  2. Wakil Ketua : Suwardi
  3. Wakil Ketua : Setyawan Joko Santoso
  4. Wakil Ketua : Fajar
Maju terus JK-Wiranto, lebih cepat lebih baik dengan Hati Nurani tentunya !

KERAKYATAN = KEMANDIRIAN

Akhir-akhir ini kita disajikan dengan pertentangan yang meruncing tentang ekonomi pasar versus ekonomi kerakyatan.
Ada yang mengatakan bahwa ekonomi pasar tidak akan berpihak kepada kepentingan rakyat banyak. Hal itu karena sekarang dimana pasar dunia dikuasai negara maju sehingga ketika kita berkiblat murni ke pasar maka kita jelas akan didikte mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa ekonomi yang terlalu populis pasti akan anti pasar dan anti pasar jelas tidak akan efisien serta akan runtuh seperti sosialisme dan etatisme di Eropa timur 1990-an.
Presiden kita, sang incumbent mencoba menawarkan "Ekonomi jalan tengah", dimana "orientasi pasar" digunakan untuk membuat efisien ekonomi, sementara itu tugas negara untuk terus mensejahterakan rakyatnya terus harus dilakukan. Disitulah jalan tengahnya menurut Bapak Presiden.
Tetapi apakah dengan merumuskan jalan tengah di bidang perekonomian seperti itu habis perkara masalahnya? Ooh belum tentu, dan penulis beranggapan sangat-sangat absurd. Alih-alih seperti maksudnya "jalan tengah" supaya kebijakan-kebijakan itu mempertemukan kedua titik tadi pasar-kesejahteraan rakyat... malah besar kemungkinan keduanya makin menjauh.
Kalau memang mau konsekuen dengan jalan tengah maka harus ada satu jargon lugas dan tegas. Apa itu, ya tidak lain tidak bukan KEMANDIRIAN. Tanpa titik pandang visi itu semua kebijakan ekonomi hanyalah obat sementara untuk suatu penyakit akut. China melakukan itu dan dia melesat. India melakukan itu dan dia mencuat. Demikian pula dengan Brasil, bahkan negara-negara seperti Vietnam dan Thailand.
Kemandirian bukan jargon tetapi visi. Kita tak bisa teriak-teriak cinta produksi dalam negeri ketika pasukan kita di Lebanon lebih bangga memakai panser VAB Perancis daripada buatan PINDAD. Kita tidak bisa teriak-teriak kemandirian ketika kita lebih bangga gunakan corvette buatan Belanda daripada rancangan PT.PAL. Dan saya kira nonsense kita ngomong-ngomong ini dan itu selama masih bangga menggunakan sepatu buatan Italy, baju China dan tas buatan Perancis.
Kemandirian adalah kepedulian, kepekaan, keinginan mendengar dan melihat bahwa potensi-potensi dalam diri kita sendiri melimpah ruah dan sangat-sangat mungkin digali. Sumber daya alam kita yang masih melimpah, kemapuan masyarakat mencukupi dirinya sendiri yang sebenarnya tinggi HARUS DILINDUNGI, bukan hanya dipajaki secara membabi buta dari dinas pasar, petugas pendaftaran HO dan lain-lain.
Konsep keberpihakan kepada UKM haruslah bukan lip service belaka tetapi bagaimana memberikan reward dan punishment yang jelas kepada siapapun lembaga perbankan yang lebih perduli/tidak perduli kepada UKM. Bagaimanapun kita harus lebih belajar, bagaimana kita sudah menyia-nyiakan beratus trilyun rupiah selama sepuluh tahun ini untuk "menyehatkan perbankan" perbankan kita dengan hasil yang sangat tidak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat .
Dan Jika JK-Wiranto InsyaAllah diRidloi Allah untuk dipercaya rakyat Indonesia memimpin 2009-2014 saya pikir Ekonomi Kerakyatan bukan hanya jargon tetapi perbuatan nyata. Nggak usahlah diperpanjang komitmen produk dalam negeri JK seperti sepatu Cibaduyut, panser PINDAD dan pembangunan BAndara Makassar. Contoh lain juga sudah seabreg, dan lebih lagi JK adalah bekas pengusaha anak bangsa yang jelas sangat mengerti asam-garam bagaimana menciptakan EKONOMI KERAKYATAN BERBASIS KEMANDIRIAN.

Rabu, 03 Juni 2009

MAKNA DI TUGU PROKLAMASI

Di Lokasi Tugu ini Hampir Enam Puluh Lima Tahun Yang Lalu kita MENJADI SESUATU
Di Lokasi Tugu ini Hampir Enam Puluh Lima Tahun Yang Lalu kita MENJADI BERMAKNA
Menjadi sesuatu karena mencita-citakan sesuatu
Menjadi bermakna karena kita memang menjadi ada
Kita bukan kumpulan Kuli-kuli di negara sendiri
Kita bukan kumpulan yang tak mempunyai harapan
Dengan Tempo Yang sesingkat-singkatnya kita ingin memulai cita-cita kita
Dengan kesigapan dan kematangan melihat "peluang sejarah" kita menggerakkan cita-cita itu
Sebuah cita-cita luhur yag sampai sekarang pun kita masih tersendat menggapainya...
Hanya karena kurangnya kesigapan, kemandirian dan kesiapan Mengorbankan kepentingan sendiri !
Kita memulai dengan sigap, semoga InsyaAllah berbuah semua harap
Kita mulai dengan sederhana, semoga InsyaAllah Rakyat bisa mendengarnya
Dan kita mulai dengan rasa percaya, semoga InsyaAllah Tuhan YME memberi RidloNya
Maju terus untuk yang lebih cepat dan lebih baik !

Selasa, 02 Juni 2009

VISI EKONOMI JK-WIRANTO

Jusuf Kalla - Wiranto mempunyai Visi dan Misi :

  • Menjamin pertumbuhan capai 8% per tahun
  • Menekan subsidi negara senilai Rp 150 triliun melalui program konversi minyak tanah ke gas dan program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW
  • Memperbaiki peringkat indeks kemudahan berbisnis (doing business report) 2009 yang terpuruk di posisi 129 ke peringkat 75 paling lambat pada 2011
  • Merevitalisasi ekonomi daerah. Bank Pembangunan Daerah (BPD) diminta tidak menyetor aset-asetnya ke sertifikat BI, melainkan untuk membangun daerah masing-masing.
  • Menolak bantuan (utang) dari IMF
  • Menerapkan kedaulatan energi. Ekspor hanya dilakukan apabila ada surplus energi.
Sumber : Kallawiranto (http://kallawiranto.wordpress.com)

Waspadai "Perang Intelijen" Pendukung Capres



Pengamat dan peneliti politik nasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR. Lili Romli mengatakan, Rakyat perlu mewaspadai adanya "perang intelijen" yang mungkin dilakukan para mantan perwira tinggi TNI yang menjadi capres dan cawapres Jakarta (ANTARA News) - Rakyat perlu mewaspadai adanya "perang intelijen" yang mungkin dilakukan para mantan perwira tinggi (pati) TNI yang menjadi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).

"Jika itu terjadi dan tidak disikapi dengan bijaksana, tidak tertutup akan terjadi kekisruhan pada pemilihan presiden yang akan datang," kata pengamat dan peneliti politik nasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR. Lili Romli di Jakarta, Senin.

Menurut Lili, selain mencari "kebobrokan" capres/cawapres yang menjadi "rival", perang intelijen juga dikhawatirkan pada penggembosan massa jika menerima hasil yang tidak sesuai keinginan.
Source :
Situs resmi JK-Wiranto (http://jkwiranto.com/news.php)
Antara (http://pemilu.antara.co.id)

NOMOR 3

Mungkin bagi banyak orang nomor 3 adalah biasa saja. tetapi sebenarnya makna 3 sangat dalam.
tapi ini fakta-fakta tak terbantahkan tentang fenomena nomor 3 :
  1. Jaman dulu ada yang acungkan tiga jari untuk "Anak metal" wah itu berarti sekali jaman itu.
  2. Sekarang Operator selluler "yang penuh inovasi dan kreatif" ya "THREE seluler".
  3. Kita Umat Islam berwudlu dengan membasuh bagian badan... 3 kali
  4. JK-WIR itu sendiri 3 frasa !!
So mari kita anggap 3 MEMBUAT KITA LEBIH BAIK !

Senin, 01 Juni 2009

Smart Negosiation, Kunci Kemandirian dan Kejayaan Indonesia Kedepan


Bayangkan Konflik Aceh, Ambon dan Poso kalau kita terus larut-larutkan dengan pendekatan keamanan belaka ? Berapa ratus milyar kita habiskan tanpa kejelasan akhirnya., berapa nyawa dan derita akan terus diterima rakyat? Kepemimpinan "Entrepreneurship" dengan segala terobosan dan keuletannya rupanya berakhir manis... kita tidak harus kehilangan harga diri, martabat bahkan Tanah tumpah darah, tetapi malah bisa merangkul kembali saudara-saudara kita tersebut secara manis dan berbudaya.
Ini bukan sekedar tebar pesona dan aku-mengaku siapa yang pantas dapat Nobel Perdamaian atau tidakbeberapa waktu yang lalu setelah Perjanjian Damai ini ramai dipergunjingkan)... tetapi lebih dari itu tentang persistensi (kegigihan) dan kejelian berinisiatif. Jeli melihat peluang sekecil apapun disaat semua pihak mengalami kebuntuan, dan gigih dalam mempertahankan esensi kita maju berunding.
Konon khabarnya, jaman pemerintahan Megawati (2001-2004) ada pembagian tugas antara kedua Menko yang menjabat ketika itu : SBY (MenkoPolkam) menangani kasus Aceh dan Papua, sementara JK (MenkoKesra) menangani kasus Poso dan Maluku. Hasilnya Poso dan Maluku menciptakan Deklarasi damai yang cukup gemilang, sementara Aceh berlarut-larut sampai baru selesai 2006 deklarasi Helsinki ini juga Tim Perunding langsung diawasi sang Wapres JK).
Apa kesimpulan dari tulisan diatas... memang kita perlu angin segar dalam menangani segala macam negosiasi dengan pihak luar. Selama ini negosiasi kita dengan luar menghasilkan : Blok Cepu yang dikuasai Exxon Mobil untuk dianggurkan sebesar-besar kemakmuran rakyat??, Kontrak Karya di Tembagapura yang membuat kita hanya penonton melongo, Sipadan dan Ligitan yang lepas tanpa kita sempat "berkeringat" mempertahankannya dan "Hutang luar negeri" kita yang setiap saat anak cucu kita menanggung makin berat. Insyaallah dengan "Smart Negotiation" jika JK-Wiranto terpilih hasilnya akan lain.
Jika JK-Wiranto terpilih, Insyaallah kasus seperti Ambalat tidak mungkin dibiarkan berlarut-larut menjadi terkesan seperti "Sinetron" yang tak lucu!
MEMANG BUTUH ORANG YANG BISA BERTINDAK CEPAT DAN LEBIH BAIK (BUKAN SEKEDAR PERAGU) UNTUK BERUNDING MEWAKILI "BANGSA INDONESIA" YANG TERHORMAT INI !!!

Jumat, 29 Mei 2009

Wiranto Yang Saya Kenal





Jujur mungkin jika dimulai penilaian kami tentang sosok Wiranto ini mungkin sedikit bias, karena kami lama menjadi pengurus di Partai yang dipimpin olehnya. Tapi mungkin juga itu kekuatan penilaian ini, sebab kami bisa berinteraksi cukup intens untuk mengenal sosok Beliau.
Kalau bisa diwakilkan dalam satu kata adalah : "Seorang Satria Sejati". Kenapa demikian ya jelas pertama beliau seorang mantan jenderal, bekas panglima Angkatan bersenjata negeri kita tercinta. Kedua yang ini lebih penting ialah sifat-sifat diwujudkan oleh tindakannya selama ini.
Wiranto bisa dibilang sosok terpenting dibalik semua "puzzle" gerbong reformasi yang mulai bergulir tahun 1998 yang lalu. Dia bukan pencetus, tetapi "kekuasaan besar" yang ada digenggaman tangannya itu menentukan apakah reformasi 1998 bisa berwujud seperti sekarang ini atau hanya ilusi belaka ? Ketika itu Soeharto sudah memberikan mandat seperti yang 30 tahun sebelumnya diterimanya dari Soekarno. Mandat sebesar itu ditangan pemegang angkatan bersenjata bisa digunakan untuk menumpas (yang dirasa) ketidakteraturan tersebut, memanfaatkan untuk kekuasaan pribadi atau mengawalnya agar menjadi suatu arus yang terkendali dan adil bagi semua pihak. Logika politik Nusantara yang berkembang sudah ratusan tahun (dari jaman KenArok, Sultan Adiwijaya, Sutawijaya dan sebutlah satu-satu lainnya) mengatakan ini saat mengambil kekuasaan, tetapi "Sang satria" ini mengatakan... tidak.
1998-1999, adalah tahun-tahun yang membekas luas bagi karir Sang jenderal sampai sekarang. Pilihan untuk berpihak-mengawal proses Konstitusional negeri agar mengalir smooth, walau dapat diselesaikan baik bukan tanpa sorotan. Kasus Semanggi dan Timor-Timur adalah 2 hal yang paling menonjol. Sampai hari ini beliau secara tidak proporsional dianggap "bertanggung jawab" terhadap 2 hal diatas. Apa benar ? itulah yang menjadi pertanyaannya.
Dalam keadaan yang demikian chaos, dalam keadaan doktrin ABRI kita (TNI-Polri sekarang) yang sama sekali belum memasukkan HAM, dalam ketidak jelasan yang parah akan aturan cara-cara menyampaikan pendapat masyarakat umum maka kejadian memilukan jelas akan terjadi. Ketika kita sendiri belum siap untuk adakan jajak pendapat penentu nasib ratusan ribu orang, chaos dan kepiluan yang terjadi pasti akan datang. Tulisan ini sekali lagi bukan untuk "membela" belaka tetapi untuk sama-sama merenungkan... sebenarnya siapa yang lebih pantas "bertanggung jawab" dan bagaimana lebih parahnya kita jika ketika itu memiliki Panglima Angkatan Bersenjata yang tindakannya bukan seperti yang dilakukan Wiranto !!!
Wiranto adalah sosok yang tenang, pantas kalau menjadi panglima apalagi pemimpin. Tapi beliau bisa tegas tanpa terlihat terasa tegas yang diktatorial dan totaliter. Dia bisa mengukur diri, tahu aturan permainan dan bagaimana menaati aturan permainan (setiap satria sejati dan petarung harus punya sifat ini). Ketika Partai kami hanya meraih suara nasional 3,7% di pemilu Legislatif, beliau tidak ngotot terus maju menjadi Capres, tetapi cukup menjadi Cawapres saja. Ketika 1998 punya kesempatan naik ke tampuk kekuasaan seperti seniornya di 1966 (Soeharto, SUPERSEMAR, penulis) dia memilih mengawal reformasi.
Orang seperti Wiranto sangat cocok sebagai pendamping sang Entrepeneur JK memimpin bangsa ini kedepan 5 tahun lagi. Langkah-langkah cepat dan terobosan JK bisa dikawal dengan tenang oleh sang jenderal. Dilain pihak sikap tegas Wiranto bisa dijelas-jabarkan pembelaanya dengan lebih santai dan suasana akrab oleh JK.
Soal kepedulian terhadap rakyat, masyarakat kecil, komitmen, pandangan dan wawasan Sang Jenderal jangan ditanya lagi... ngapain buat partai dengan membawa-bawa hati nurani rakyat segala kalau tidak hatinya ingin menyenangkan dan mensejahterakan rakyat ? Makan nasi aking, penekanan kepada kami kader dan pengurus partai HANURA untuk selalu mengadakan gerakan yang bertujuan memperbaiki taraf hidup masyarakat kami kira dan yakini bukan "Lip Service" belaka.
Bayangkan pemerintahan kedepan yang lebih tegas dan fokus memperhatikan rakyatnya, bukan seolah-olah fokus tetapi sesungguhnya hanya tebar pesona. Bayangkan pemerintahan yang cermat untuk melaksanakan aturan main Konstitusi dalam setiap gerak langkahnya. Bayangkan 4 Amanat Keramat Pembukaan UUD 1945 kita yang secara sangat konsern coba dijabarkan dan dilaksanakan...

JK Yang Saya Kenal


Bagi orang yang sering menyaksikan gaya beliau di depan TV, pasti cepat untuk lebih menyimak... Gaya ceplas-ceplos, segala keterus terangan yang tidak "berbedak-gincu" apapun, sebuah gaya tersendiri di tengah dinamika politik yang penuh kepalsuan itu.
Ditengah-tengah para pengusaha KADIN dia berkata " saya tidak mengerti "Ekonomi Pasar modal", yang saya mengerti "Ekonomi Pasar Tanahabang," Sesaat setelah deklarasi Capres/Cawapresnya denga Wiranto dia berkata "Ya saya orang Sulawesi, tetapi istri saya orang minangkabau, semua menantu saya orang Jawa... susah sekarang ini bermenantukan orang Makassar,"
Itulah sosok JK, Haji Muhammad Jusuf Kalla yang seorang pedagang tulen dari generasi kedua di Makassar.Dia bekas dedengkot HMI, lama di GOLKAR dan sudah menjadi menteri kabinet sejak jaman GusDur Presiden. Menteri Perindustrian dan Perdagangan, menjadi Menko KESRA jaman Megawati pesiden, dan akhirnya menjadi Wapresnya SBY. Ketua Umum GOLKAR dari 2005 setelah melengserkan Akbar Tandjung. Apalagi yang kurang? Ya memang cuma jadi presiden JK yang belum pernah. Jadi kalau mencalonkan diri pantas saja !!
Proses beliau maju menjadi Capres, berpisah dengan Yudhoyono sendiri cukup berliku dan mengharu-biru. GOLKAR yang aslinya "tahu diri walau cukup gondok" dengan hasil perolehan suaranya di Pemilu Legislatif, 9 April 2009 mula-mula ingin kembali bersama dengan demokrat mengayuh biduk pemerintahan 2009-2014. Tetapi rupanya perolehan yang 20% lebih tadi rupanya sudah membuat Partai SBY ini "Jumawa" untuk tidak terlalu menganggap GOLKAR sebagai mitra yang dipandang lagi. Mungkin itulah yang mendorong JK memutuskan maju ke Bursa Capres sendirian. Harga diri sebagai putra terbaik Makassar, untuk pantang dipermalukan apalagi ketika telah merasa memberikan semua yang terbaik, apalagi gayung bersambut dengan bersedianya Wiranto mendampingi sebagai Cawapres.
Apa yang bisa ditarik dari hal-hal diatas tentang sosok kepribadian JK ? Mungkin ini ada beberapa hal menonjol dari JK yang bisa kita kedepankan :
1. Berpikir Cepat-Bertindak cepat : sebagai seorang yang lama bergerak di bidang bisnis yang sukses, sifat dasar yang menonjol adalah kecepatan berpikir, kecepatan bertindak dengan perhitungan yang cermat. Beliau sangat mengerti arti sebuah "moment", begitu tindakan berdasar moment tersebut ditunda-tunda terlalu lama maka peluangnya juga akan segera padam. Dalam pengambilan keputusan, JK jauh dari sifat "peragu".
2. Keberanian mengambil resiko dan konsekuensi-konsekuensinya : banyak orang mau mengambil keputusan, tetapi jarang yang mau menerima resiko keputusan yang dibuatnya jika hasilnya buruk. JK salah satunya. Dia mengerti resiko berunding di Poso dan Aceh jika gagal, dia sadar jika konversi minyak tanah ke gas jika gagal... tetapi dia tetap menerima tugas-tugas tersebut, merancang secara cermat dan melaksanakan tugas tersebut. Hasilnya... berhasil.
Pandai bernegosiasi : nggak usah disebutlah sifat satu ini, setiap pelaku bisnis sukses pasti punya sifat dasar ini.
3. Senang kemandirian : dia pengusaha pribumi, dia mengerti bagaimana beratnya jadi pengusaha di Indonesia. Mindset masyarakat bahwa produk domestik kurang baik mutunya, goodwill pemerintah yang rendah dan tantangan dari negara-negara asing yang tak kalah hebatnya.Bukti komitmen kemandirian sangat jelas, nggak usah yang muluk-muluk, bagaimana dia menyindir para pejabat bahkan pengusaha dan pesohor di negeri ini karena lebih senang sepatu luar negeri daripada buatan Cibaduyut (lokal)!
4. Nasionalis : lho bagaimana bisa ? Ya bisa saja... Mau bukti? JK sudah dipaparkan diatas ; istrinya orang Minangkabau (Sumatera) dan semua menantunya orang Jawa. Artinya beliau tidak pernah berpikir yang macam-macam menyangkut etnisitas. Kedepan asimilasi-asimilasi ini haruslah menjadi "mindset massal" semua orang di negeri ini. Tidak boleh ada lagi phobia dari etnis, golongan, agama, ras dan kelompok tertentu terhadap yang lain. Bukti tertinggi ya..keluarga.
Indonesia kedepan ditangan JK-Wiranto

Jika kita berandai-andai pasangan ini bisa memenangkan pertarungan Capres/Cawapres 2009, maka Indonesia kedepan yang "dikawal" mereka berdua pasti lebih baik. Lebih baik bukan dengan kepalsuan omongan karena semua program dijalankan secara cepat, cermat, tegas, adil dan lugas. Lebih baik karena setiap pelaku usaha didorong untuk maju, didorong untuk mandiri dan akhirnya kesejahteraan rakyat terasa lebih bermakna karena rakyat "sejahtera dan mandiri". Kita bisa memanfaatkan sumberdaya alam kita dengan lebih adil karena bisa menegosiasikan pengelolaannya dengan lebih baik dan bermartabat.